Jakarta – Kabar duka datang dari dunia musik internasional. Jimmy Cliff, salah satu ikon terbesar reggae, meninggal dunia pada usia 81 tahun. Kepergiannya kembali mengingatkan betapa besar pengaruhnya dalam membawa musik Jamaika ke panggung global, baik sebagai penyanyi maupun aktor.
Informasi wafatnya Cliff disampaikan langsung oleh sang istri, Latifa Chambers, melalui unggahan di Instagram. Ia menjelaskan bahwa Cliff meninggal akibat kejang yang kemudian berkembang menjadi pneumonia. Dalam pesannya, Latifa menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan para penggemar yang telah mendampingi perjalanan hidup suaminya.
“Dengan dukacita mendalam, saya memberitahukan bahwa suami saya, Jimmy Cliff, telah berpulang akibat kejang yang disusul pneumonia,” tulis Latifa. Ia turut mengirim pesan cinta bagi para penggemar yang selama ini menjadi pilar kekuatan Cliff. “Jimmy, cintaku… beristirahatlah dengan damai,” tambahnya. Ucapan tersebut juga ditandatangani kedua anak mereka, Lilty dan Aken.
Cliff dikenal lewat karya-karya legendaris seperti You Can Get It If You Really Want, I Can See Clearly Now, dan Wonderful World, Beautiful People—lagu-lagu yang penuh energi, optimisme, dan mudah diterima lintas generasi. Musiknya menjadi inspirasi abadi bagi pecinta reggae di seluruh dunia.
Selain bersinar sebagai musisi, Cliff juga mencatat sejarah dalam dunia perfilman. Perannya di film kriminal The Harder They Come (1972) menempatkannya sebagai figur penting dalam budaya populer Jamaika. Film tersebut dianggap sebagai titik balik yang mengenalkan identitas budaya Jamaika secara global.
Atas kontribusinya, Jimmy Cliff dianugerahi Jamaican Order of Merit—penghargaan tertinggi dari pemerintah Jamaica yang juga diterima Bob Marley. Pengakuan tersebut menegaskan betapa besar dampaknya terhadap perkembangan reggae dan budaya Jamaika secara keseluruhan.
Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness, juga memberikan penghormatan terakhir. Ia menyebut Cliff sebagai “raksasa budaya sejati yang musiknya membawa jiwa bangsa kita ke seluruh dunia”. Holness menekankan bahwa karya Cliff telah memberikan semangat di masa-masa sulit dan meningkatkan apresiasi masyarakat global terhadap budaya Jamaika.
Lahir di Saint James, Jamaika pada 1944, Cliff mulai merintis karier sejak awal 1960-an. Ia pindah ke Kingston untuk mengejar musik dan bekerja dengan produser Leslie Kong—kolaborasi yang menjadi titik penting dalam kariernya. Demi meyakinkan Kong, ia bahkan menulis lagu berjudul Beverley’s, diambil dari nama toko kaset milik keluarga sang produser. Lagu itu kemudian membuka jalan bagi debut Cliff di industri musik Jamaika.
Karier internasionalnya mulai menanjak ketika ia mewakili Jamaika di World’s Fair New York 1964. Kontraknya bersama Island Records pada akhir 1960-an semakin memperkuat posisinya sebagai wajah reggae di kancah dunia.
Cliff dikenal sebagai musisi yang menyampaikan pesan persatuan dan harapan. Lewat lagu-lagu yang membahas isu sosial, termasuk Vietnam yang memprotes perang, ia tetap mempertahankan keceriaan dan optimisme khas reggae.
Album soundtrack The Harder They Come menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya, membawa lagu-lagu Cliff diterima luas di Amerika Serikat dan memperkokoh statusnya sebagai pelopor reggae global.
Sepanjang karier, Cliff bekerja sama dengan banyak musisi besar seperti Rolling Stones, Sting, serta Tim Armstrong dari band punk Rancid. Kolaborasinya bersama Armstrong bahkan meraih Grammy untuk kategori reggae terbaik. Dari tujuh nominasi yang pernah ia terima, Cliff memenangkan dua Grammy.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia musik. Namun karya-karyanya akan terus hidup, menginspirasi generasi demi generasi. Selamat jalan Jimmy Cliff—legenda yang memperluas makna reggae di seluruh dunia.
