Warga Palestina di Gaza menghadapi krisis air bersih yang parah selama bulan suci Ramadan. Pasokan air yang sudah langka semakin memburuk akibat penghancuran infrastruktur dan blokade yang diberlakukan Israel selama perang di wilayah tersebut. Situasi ini membuat kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang berpuasa, menjadi semakin sulit.
Krisis air paling parah terjadi di daerah Baten al-Sameen, Khan Younis, di mana ribuan warga Palestina yang mengungsi terpaksa tinggal di tenda-tenda dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Banyak dari mereka harus berjalan puluhan kilometer setiap hari hanya untuk mendapatkan air bersih, yang seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan satu hari. Pasokan air ke daerah tersebut hanya tersedia setiap tiga hingga empat hari melalui jaringan pipa lokal, yang membuat warga harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Persatuan Wilayah di Jalur Gaza telah memperingatkan tentang krisis kesehatan dan lingkungan yang serius di wilayah tersebut. Krisis ini diperparah oleh penolakan Israel yang terus-menerus untuk mengizinkan pasokan listrik dan air yang memadai ke Gaza. Kurangnya akses ke air bersih tidak hanya mengancam kesehatan warga, tetapi juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.
Selain di Khan Younis, krisis air juga melanda wilayah-wilayah lain di Gaza. Banyak keluarga terpaksa menggunakan air yang tidak layak konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci. Air minum bersih menjadi barang langka yang harus dibeli dengan harga tinggi, sementara pendapatan warga Gaza terus menurun akibat blokade dan konflik yang berkepanjangan.
Organisasi kemanusiaan internasional telah berulang kali menyerukan agar Israel mengizinkan pasokan air dan listrik yang memadai ke Gaza. Namun, hingga saat ini, blokade yang ketat masih diberlakukan, membuat upaya bantuan kemanusiaan menjadi sangat terbatas. Situasi ini semakin mempersulit warga Gaza, terutama selama bulan Ramadan, di mana kebutuhan akan air bersih meningkat.
Selain krisis air, warga Gaza juga menghadapi kekurangan bahan makanan dan obat-obatan. Banyak keluarga terpaksa mengurangi porsi makan mereka atau mengandalkan bantuan dari organisasi kemanusiaan. Kondisi ini semakin memperburuk situasi kesehatan dan kesejahteraan warga, terutama anak-anak dan lansia.
Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, warga Gaza berharap adanya intervensi internasional untuk mendesak Israel membuka blokade dan mengizinkan pasokan air, listrik, serta bantuan kemanusiaan yang memadai. Tanpa tindakan segera, krisis ini diprediksi akan semakin parah dan mengancam nyawa ribuan warga Palestina di Gaza.
Krisis air bersih di Gaza selama Ramadan ini menjadi pengingat betapa pentingnya akses terhadap sumber daya dasar bagi kelangsungan hidup manusia. Warga Gaza terus berharap agar dunia tidak mengabaikan penderitaan mereka dan segera mengambil tindakan untuk mengakhiri krisis ini.