Jakarta – Di antara angin musim panas yang pelan menyapu kota Shizuoka, Jepang, sebuah kabar duka menyentuh dunia mainan dan kenangan masa kecil: Shunsaku Tamiya, pendiri waralaba Mini 4WD ternama, wafat pada 18 Juli 2025 di usia 90 tahun.
Seakan satu roda terakhir dari mobil Mini 4WD berhenti berputar, menandai akhir dari perjalanan panjang seorang legenda yang telah menyalakan semangat jutaan orang melalui karya-karya kecil beroda.
Shunsaku adalah otak dan ruh di balik kejayaan merek Tamiya—sebuah nama yang bukan sekadar identitas perusahaan, melainkan simbol kenangan, semangat berkreasi, dan imajinasi tanpa batas.
Di banyak penjuru dunia, nama Tamiya telah menjadi sebutan umum untuk mobil balap mini. Bentuk khasnya—sayap bumper yang lebar, roda kecil di sisi kiri-kanan, dan suara dinamo yang meraung di lintasan plastik—telah menjadi ikon lintas generasi.
Meski banyak produsen mencoba meniru format serupa, pesona Tamiya tak tergantikan. Ia bukan sekadar mainan, tapi potongan waktu yang tak lekang.
Diam-diam Pergi, Dalam Hening yang Terjaga
Kepergian Shunsaku berlangsung sederhana, sesuai dengan kehendaknya. Hanya kerabat dekat yang menghadiri pemakaman tertutup. Baru setelah itu, perusahaan Tamiya berencana menyelenggarakan penghormatan publik bagi sosok yang telah menanamkan ruh pada dunia model kit.
Lahir di Shizuoka pada 19 Desember 1934, Shunsaku awalnya hanya seorang anak dari pemilik pabrik penggergajian kayu. Namun, dari sanalah kisah besar dimulai. Ketika bergabung dengan Tamiya Shoji & Co. pada 1958, ia mulai mengubah haluan perusahaan menjadi produsen mainan dan model plastik presisi tinggi.
Seiring waktu, Tamiya Inc. menjelma dari pabrik kecil menjadi kiblat dunia miniatur. Di bawah kepemimpinan Shunsaku—sebagai kepala divisi perencanaan, kemudian CEO pada 1977, hingga chairman pada 2008—Tamiya menjadi rumah bagi imajinasi dan keahlian teknis tingkat tinggi.
Merakit Bukan Sekadar Hobi, Tapi Gaya Hidup
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Waseda ini lebih memilih dunia cetakan plastik dan desain mekanik ketimbang jalan hukum. Ia dikenal dengan obsesinya terhadap detail: pernah membongkar Porsche 911 asli demi menyempurnakan model skala 1/12 untuk RC (remote control). Mobil itu bukan sembarangan—milik legenda F1 Jody Scheckter dan istrinya.
Melalui Tamiya, Shunsaku menyuntikkan nilai seni ke dalam dunia mainan. Ia memperkenalkan sistem snap-fit, membuat anak-anak bisa merakit sendiri tanpa lem atau baut—mendorong kreativitas dan kepercayaan diri sejak dini.
Mini 4WD bukan hanya soal balapan. Ia menjadi arena belajar, bermain, dan berkompetisi sehat—baik untuk anak-anak, orang tua, bahkan komunitas global.
Produk Tamiya menjangkau jauh: dari model tank, pesawat tempur, hingga mobil klasik yang membuka jendela sejarah. Karyanya memperkaya dunia hobi, menjembatani lintas generasi dan budaya. Di Indonesia, namanya begitu dicintai, menjadikan Tamiya lebih dari sekadar produk—melainkan bagian dari identitas kolektif masa kecil.
Dari Shizuoka ke Dunia: Sebuah Warisan Abadi
Shunsaku juga mempelopori Shizuoka Hobby Show, ajang pameran tahunan yang merayakan inovasi, sekaligus mengokohkan Shizuoka sebagai pusat industri hobi dunia.
Berbagai kejuaraan Mini 4WD tumbuh subur di berbagai negara—menghidupkan semangat komunitas, dari gang sempit hingga panggung internasional.
Berkat kontribusinya, Shunsaku dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk Lifetime Achievement Award dari Japan Media Arts Festival pada 2018, dan penghormatan khusus dari kota kelahirannya.
Ia pernah berkata bahwa merakit model dengan tangan sendiri adalah pengalaman yang membekas seumur hidup—sebuah kepuasan personal yang tak bisa ditukar.
“Cukup lihat sekali. Anda akan tahu bagaimana saya merasa sangat bersemangat melihat model rakitan saya berjalan. Saya membuat motor pertama saya sendiri dari bahan seadanya ketika masih kelas lima SD, usai perang dunia. Rasanya luar biasa,” ujarnya, dikutip dari Tamiyablog.
Tamiya: Antara Mesin Kecil dan Getar Nostalgia
Warisan Shunsaku Tamiya tak hanya tersimpan dalam buku manual biru-putih, tapi juga dalam getar tangan anak kecil yang memasang roda pertamanya. Dalam detak haru ayah yang menyetel dinamo untuk putranya. Dalam suara lirih motor Mini 4WD yang melaju di malam minggu penuh semangat.
Shunsaku tidak hanya menciptakan mainan. Ia menciptakan budaya, perasaan, dan kenangan. Setiap mobil yang melaju di lintasan plastik, setiap stiker yang ditempel dengan telaten, adalah puisi diam yang ditinggalkannya.
Jika hari ini Anda masih menyimpan satu Dash-1 Emperor dengan sayap yang pecah, atau pernah kecewa karena mobil Anda terpental keluar lintasan, percayalah—di balik semua itu ada senyum Shunsaku yang diam-diam menyemangati Anda.
Tren boleh berganti. Tapi Tamiya akan selalu punya tempat istimewa di hati. Kepergian Shunsaku bukanlah akhir cerita, melainkan bab baru dari perjalanan panjang dunia miniatur.