Beranda NEWS 10 Korban Tewas dalam Demonstrasi Hingga 2 September 2025
NEWS

10 Korban Tewas dalam Demonstrasi Hingga 2 September 2025

10 Korban Tewas dalam Demonstrasi Hingga 2 September 2025.
10 Korban Tewas dalam Demonstrasi Hingga 2 September 2025.
Bagikan

Jakarta – Gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak akhir Agustus 2025 di berbagai kota Indonesia terus memakan korban. Bentrokan antara aparat kepolisian dan massa aksi yang menuntut pembubaran DPR serta isu-isu lain berujung pada ratusan orang luka-luka, dan setidaknya 10 orang dinyatakan meninggal dunia hingga 2 September 2025.

Insiden terjadi di Jakarta, Yogyakarta, Solo, Manokwari, dan Makassar. Pola yang muncul menunjukkan korban berasal dari berbagai latar belakang—pelajar, mahasiswa, pekerja ojek online, hingga pegawai pemerintahan. Beberapa meninggal akibat kekerasan fisik, sebagian lain karena terjebak dalam kebakaran, serta ada yang diduga meninggal akibat paparan gas air mata.

Laporan lembaga bantuan hukum, Komnas HAM, dan organisasi masyarakat sipil kini menyoroti dugaan penggunaan kekerasan berlebihan oleh aparat dalam mengendalikan massa. Sementara itu, kepolisian berjanji melakukan penyelidikan menyeluruh bersama pihak independen untuk menjamin transparansi.

Korban Tewas yang Teridentifikasi

1. Septinus Sesa (Manokwari, Papua Barat)

Seorang warga bernama Septinus Sesa tewas dalam aksi blokade di kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Kamis malam, 28 Agustus. Polisi membantah kematian akibat gas air mata, namun penyelidikan masih berlangsung. Komnas HAM dan Ombudsman ikut dilibatkan.

2. Iko Juliant Junior (Semarang, Jawa Tengah)

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang meninggal pada 31 Agustus akibat luka dalam. Keluarga dan alumni Unnes menduga ia mengalami penganiayaan sebelum dibawa ke RS Kariadi dalam kondisi kritis.

3. Andika Luthfi Falah (Jakarta)

Pelajar SMK Negeri 14 Tangerang tewas setelah mengalami luka berat di kepala saat demonstrasi di DPR, 28 Agustus. Keluarga menerima kepergian Andika dan tidak menempuh jalur hukum.

4. Affan Kurniawan (Jakarta)

Pengemudi ojek online berusia 21 tahun ini tewas setelah terlindas mobil taktis Brimob di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, pada 28 Agustus. Rekaman video peristiwa itu beredar luas di media sosial.

5. Syaiful Akbar (Makassar, Sulawesi Selatan)

ASN di Kecamatan Ujung Tanah menjadi salah satu korban kebakaran gedung DPRD Kota Makassar pada 28 Agustus. Ia sempat dirawat di rumah sakit sebelum meninggal.

6. Muhammad Akbar Basri (Makassar, Sulawesi Selatan)

Fotografer Humas DPRD Kota Makassar berusia 26 tahun ditemukan tewas hangus terbakar di lantai tiga gedung DPRD.

7. Sarinawati (Makassar, Sulawesi Selatan)

Staf DPRD Makassar, berusia 25 tahun, juga ditemukan tewas dalam insiden kebakaran gedung yang sama.

8. Rusmadiansyah (Makassar, Sulawesi Selatan)

Pengemudi ojek online ini tewas dikeroyok massa di Jalan Urip Sumoharjo. Ia dituduh sebagai intel aparat saat kerusuhan terjadi.

9. Rheza Sendy Pratama (Yogyakarta, DIY)

Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta ditemukan meninggal pada 31 Agustus usai bentrokan di depan Polda DIY. Keluarga menemukan banyak luka di tubuh korban yang diduga akibat pemukulan.

10. Sumari (Solo, Jawa Tengah)

Tukang becak asal Pacitan meninggal saat kericuhan di Solo pada 29 Agustus. Ia sempat sesak napas dan muntah setelah terpapar gas air mata, sebelum akhirnya meninggal di RSUD dr Moewardi.

Gelombang Aksi dan Eskalasi Kekerasan

Kerusuhan di berbagai kota dipicu kekecewaan massa terhadap DPR, disertai isu ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah. Aksi yang awalnya berlangsung damai berujung ricuh saat aparat berusaha membubarkan massa dengan gas air mata, water cannon, hingga kendaraan taktis.

Di Makassar, aksi bahkan memuncak dengan pembakaran gedung DPRD. Di Yogyakarta dan Jakarta, bentrokan terjadi hingga ke pemukiman warga. Sementara itu, di Papua Barat, aksi blokade jalan memicu insiden yang menewaskan satu warga.

Reaksi Publik dan Tuntutan Transparansi

Komnas HAM menyatakan sudah menerima banyak laporan dugaan pelanggaran HAM dalam demonstrasi ini. LBH dan organisasi mahasiswa juga mendesak investigasi independen agar penyebab kematian para korban terungkap jelas.

Di sisi lain, Polri mengklaim penggunaan gas air mata dan tindakan pembubaran massa sesuai prosedur, namun tetap berkomitmen membuka hasil penyelidikan. Pemerintah pusat menyerukan agar masyarakat menahan diri dan tidak terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi.

Tragedi yang menewaskan setidaknya 10 orang ini menambah catatan kelam demonstrasi di Indonesia. Pertanyaan besar kini muncul: apakah kematian para korban akan benar-benar diusut tuntas, atau kembali hilang dalam gelapnya kasus pelanggaran HAM masa lalu?

Bagikan
Berita Terkait

Aktivis Konservatif AS Charlie Kirk Tewas Ditembak dalam Acara Publik

Jakarta – Amerika Serikat diguncang kabar mengejutkan setelah aktivis konservatif sekaligus pendiri...

Israel Lancarkan Serangan ke Qatar dengan Sasaran Pemimpin Hamas

Jakarta – Israel kembali memicu ketegangan internasional setelah melancarkan serangan udara yang...

Polda Metro Jaya: Ferry Irwandi Tak Bisa Dilaporkan Siber TNI

Jakarta – Polda Metro Jaya memberikan klarifikasi terkait langkah Satuan Siber TNI...

Sri Mulyani: Saya Pamit, Mohon Hormati Ruang Privasi Kami

Jakarta – Momen haru menyelimuti Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada Selasa (9/9/2025). Setelah...