Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menyatakan optimisme bahwa Indonesia tidak akan melakukan impor beras pada tahun 2026. Optimisme ini didasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang memperkirakan produksi gabah dan beras Indonesia pada periode Januari hingga April 2025 mencapai 13,9 juta ton. Sementara itu, kebutuhan konsumsi beras nasional tercatat sekitar 2,6 juta ton per bulan.
Zulhas menjelaskan bahwa dengan total produksi tersebut, Indonesia diproyeksikan memiliki surplus beras sekitar 3 juta ton setara beras. “Ini kabar gembira. Artinya, jika Bulog bisa menyerap 2 juta ton dari 3,5 juta ton gabah dan beras yang tersedia, maka stok beras kita tahun ini dipastikan aman. Kita tidak perlu impor lagi sampai tahun depan,” ujar Zulhas, seperti dikutip dari ANTARA, Selasa (11/3/2025).
Salah satu faktor pendukung terwujudnya surplus beras ini adalah distribusi pupuk bersubsidi yang berjalan dengan baik. Zulhas menekankan bahwa ketersediaan pupuk sebelum masa tanam sangat memengaruhi produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Kementerian Koordinator Bidang Pangan telah membentuk kelompok kerja (pokja) khusus untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan pupuk bersubsidi.
Dengan adanya surplus beras yang diproyeksikan, Indonesia diharapkan dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih baik dan mengurangi ketergantungan pada impor beras. Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan memastikan ketersediaan pangan nasional.
Zulhas menegaskan bahwa upaya ini memerlukan koordinasi dan pengawasan yang ketat, terutama dalam distribusi pupuk bersubsidi, agar produktivitas pertanian dapat terus ditingkatkan. Dengan demikian, target Indonesia untuk tidak melakukan impor beras pada 2026 dapat tercapai.