Jakarta – Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengganggu aktivitas penerbangan secara luas di wilayah timur Indonesia. Berdasarkan data AirNav Indonesia (ASHTAM VAWR3701), abu vulkanik tersebar pada ketinggian 10.000 hingga 53.000 kaki ke arah barat dan tenggara, dengan kecepatan angin antara 10 hingga 25 knots, memaksa sejumlah bandara menghentikan operasional.
Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Cecep Kurniawan, menyampaikan bahwa tiga bandara terdampak langsung telah ditutup: Bandara Fransiskus Xaverius Seda di Maumere, Bandara Soa di Bajawa, dan Bandara Haji Hasan Aroeboesman di Ende. Penutupan berlangsung hingga 19 Juni 2025, menyesuaikan dengan sebaran debu vulkanik yang masih terpantau aktif.
Akibat gangguan ini, tercatat 26 jalur penerbangan mengalami penundaan dan pembatalan, mencakup 12 rute internasional dan 14 rute domestik. Total penumpang yang terdampak diperkirakan melebihi 14.000 orang. Dampak paling signifikan terjadi di Bandara Ngurah Rai Denpasar (10.560 penumpang), disusul Labuan Bajo (2.166), Lombok (772), dan Maumere (451).
Sejumlah rute penerbangan dari dan ke Kupang, Sabu, Ende, hingga Bajawa juga ikut terganggu. Koordinasi antara operator bandara dan maskapai terus dilakukan, termasuk penyediaan opsi pengembalian dana (refund), penjadwalan ulang (reschedule), dan perubahan rute (reroute).
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F Laisa, menegaskan bahwa keselamatan tetap menjadi prioritas utama. “Kami terus menyesuaikan operasional berdasarkan perkembangan terkini dan tetap memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan seluruh penumpang,” ujarnya.
Sebagai bentuk mitigasi, beberapa maskapai di Labuan Bajo menggandeng KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan) untuk menyediakan transportasi laut bagi penumpang yang tertahan. Sementara itu, AirNav Indonesia juga menyiapkan skenario kontingensi, termasuk membuka operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali selama 24 jam penuh, untuk mendukung pengalihan penerbangan.
Kementerian Perhubungan memastikan proses pemantauan dan koordinasi lintas sektor akan terus dilakukan untuk menjaga stabilitas dan keselamatan sistem penerbangan nasional di tengah bencana alam ini.