Jakarta – Amerika Serikat diguncang kabar mengejutkan setelah aktivis konservatif sekaligus pendiri Turning Point USA, Charlie Kirk, tewas ditembak dalam sebuah acara debat publik di Utah Valley University, Rabu (10/9/2025) siang waktu setempat.
Kirk, yang dikenal sebagai sekutu dekat Presiden Donald Trump dan pendukung garis keras Israel, sempat dilarikan ke rumah sakit setelah peluru bersarang di bagian lehernya. Namun, upaya penyelamatan gagal menyelamatkan nyawanya.
Kronologi Penembakan
Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, Kirk tampak sedang berbicara menggunakan mikrofon di bawah tenda putih bertuliskan slogan “The American Comeback” dan “Prove Me Wrong”. Tiba-tiba terdengar satu kali letusan senjata.
Kirk refleks mengangkat tangan kanannya saat darah mengucur deras dari leher bagian kiri. Suasana seketika panik: sebagian penonton berteriak, sebagian lain berhamburan menyelamatkan diri. Associated Press (AP) mengonfirmasi bahwa rekaman itu diambil di halaman Sorensen Center di kampus Utah Valley University, tempat Kirk memang dijadwalkan berpidato.
Sebelumnya, juru bicara Turning Point USA, Aubrey Laitsch, sempat menyatakan bahwa Kirk masih dalam perawatan intensif di rumah sakit. Namun, beberapa jam kemudian kabar duka datang: Kirk dinyatakan meninggal dunia.
Reaksi Donald Trump
Kematian Kirk mendapat perhatian luas, terutama dari Presiden AS Donald Trump. Melalui akun X (Twitter), Trump menulis pesan emosional:
“Charlie Kirk yang agung, bahkan legendaris, telah meninggal dunia. Tak seorang pun yang memahami atau memiliki hati pemuda di Amerika Serikat lebih baik daripada Charlie. Dia dicintai dan dikagumi oleh semua orang, terutama saya. Melania dan simpati saya untuk istrinya yang cantik, Erika, dan keluarganya. Charlie, kami mencintaimu!”
Trump dan Kirk memang memiliki hubungan politik yang erat. Kirk tercatat mendukung Trump sejak pemilihan presiden 2016, hingga kembali menjadi loyalis pada pemilu 2024.
Sosok Charlie Kirk: Aktivis Pro-Israel
Selain dikenal sebagai figur muda konservatif AS, Kirk juga menegaskan posisinya sebagai pendukung Israel. Ia kerap menyuarakan dukungan terbuka bagi Tel Aviv, terutama sejak konflik terbaru dengan Hamas di Gaza.
“Israel berhak untuk eksis dan berhak membela diri,” tegas Kirk pada awal pecahnya perang Israel–Hamas.
Dalam berbagai kesempatan, ia membela narasi Israel, termasuk menolak anggapan bahwa blokade Zionis menyebabkan krisis pangan di Gaza. Sebaliknya, ia menyalahkan Hamas atas distribusi bantuan yang tersendat.
Organisasi yang ia dirikan, Turning Point USA, juga dikenal pro-Israel. Mereka menyelenggarakan pelatihan, program aktivisme, hingga summit kepemimpinan Yahudi dan perjalanan edukatif ke Israel. Kirk sendiri sudah beberapa kali berkunjung ke negara tersebut.
Sebagai seorang Kristen evangelis, Kirk pernah menyatakan bahwa pertumbuhan gerakan pro-Israel adalah salah satu tujuan hidupnya. Ia bahkan berbicara di hadapan organisasi Zionis seperti Im Tirtzu di Israel.
Warisan Politik
Charlie Kirk meninggal di usia yang masih muda, namun jejaknya di dunia politik konservatif AS sudah cukup besar. Melalui Turning Point USA, ia membangun jaringan mahasiswa konservatif di seluruh negeri dan menjadi salah satu wajah paling vokal dalam mendukung Trumpisme serta kebijakan pro-Israel.
Tragedi penembakan Kirk memicu duka mendalam di kalangan pendukung konservatif, sekaligus meninggalkan tanda tanya besar soal keamanan acara publik di Amerika Serikat yang rentan terhadap aksi kekerasan bersenjata.