Jakarta – Kasus meninggalnya pendaki di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, akibat hipotermia tengah menjadi perhatian publik.
Banyak yang bertanya, bagaimana kondisi ini bisa sampai merenggut nyawa seseorang? Apakah benar hipotermia bisa membuat organ tubuh berhenti berfungsi? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Hipotermia?
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu inti tubuh turun di bawah 35 derajat celcius. Situasi ini dapat memperburuk kesehatan seseorang dan bahkan berakibat fatal karena memengaruhi kinerja sejumlah organ vital, mulai dari jantung hingga paru-paru.
Dikutip dari Medscape (18/8/2025), hipotermia mampu menghambat kerja pompa kalsium-ATPase, mengacaukan keseimbangan ion di sel otot jantung, dan memperlambat konduksi listrik jantung. Akibatnya, bisa terjadi penurunan kekuatan kontraksi jantung, gangguan output, blok AV, hingga henti jantung.
Selain itu, suhu tubuh yang terlalu rendah juga dapat memperlambat metabolisme sistem saraf pusat, memicu bradikardia, fibrilasi ventrikel, serta menurunkan aktivitas pacemaker alami jantung.
Dampak Hipotermia yang Bisa Mematikan
Hipotermia berat dapat menyebabkan frekuensi napas menurun drastis. Kondisi ini bisa berujung pada hiperkapnia dan asidosis respiratorik.
Menurut laporan PMC, ketika suhu tubuh sangat rendah, fungsi gastrointestinal ikut melemah hingga memicu ileus ringan, nekrosis hati, dan gangguan ginjal akibat cold diuresis yang membuat cairan tubuh banyak hilang.
Pada tingkat sedang hingga berat, penderita hipotermia juga bisa mengalami disorientasi. Salah satu gejalanya adalah fenomena paradoxical undressing, yakni kecenderungan melepas pakaian justru di tengah suhu ekstrem dingin. Hal ini mempercepat hilangnya panas tubuh dan meningkatkan risiko kematian.
Pentingnya Pertolongan Dini
Karena itu, jika seseorang menunjukkan tanda awal hipotermia—seperti tubuh terasa sangat dingin, menggigil hebat, atau mulai kebingungan—maka perlu segera mendapatkan pertolongan medis untuk mencegah kondisi memburuk.