Jakarta – Ketegangan militer di Timur Tengah semakin memuncak setelah Israel melancarkan operasi udara besar-besaran terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Named “Operation Rising Lion”, serangan ini menyasar lebih dari 100 target penting, termasuk fasilitas nuklir dan pangkalan militer seperti di Teheran, Natanz, Fordow, dan Isfahan. Akibatnya, sejumlah tokoh militer Iran—termasuk Kepala Staf Gabungan Mohammad Bagheri dan Komandan IRGC Hossein Salami—dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Iran Balas: Rudal Menghujani Yerusalem & Tel Aviv
Malam harinya, Iran membalas dengan menembakkan sekitar 150 rudal balistik dan lebih dari 100 drone ke wilayah Israel. Kendati sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara seperti Iron Dome, tetap ada dampak—sejumlah gedung rusak dan 22 orang dilaporkan luka-luka, dua di antaranya serius. Internasional pun memperingatkan potensi eskalasi perang besar jika konflik terus berlanjut .
Netanyahu ‘Paparazzi Kabur’ ke Athena, Yunani
Dalam situasi genting ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan meninggalkan negara dan terbang ke Yunani. Pesawat resmi kepresidenan Israel—dikenal sebagai “Wing of Zion”—terpantau mendarat di Athena, dengan pengawalan dua jet tempur. MTV Israeli Channel 12 mengonfirmasi kalau lokasi pendaratan memang di Yunani—not di Siprus seperti sebelumnya diberitakan .
Beberapa hipotesis terkait hal ini beredar:
- Langkah pencegahan—pesawat dipindahkan ke Athena agar aman dari serangan balasan Iran.
- Netanyahu ikut mengungsi—kemungkinan PM berada di Yunani untuk melindungi diri berdasarkan intelijen.
- Athena sebagai zona netral—berpotensi menjadi tempat koordinasi dengan pejabat AS secara mendadak.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari kantor Netanyahu mengenai lokasi pastinya maupun strategi militer Israel ke depan.
Reaksi & Dampak Internasional
- AS & Jerman, termasuk Kanselir Friedrich Merz, menyatakan telah diberi tahu sebelumnya dan meminta kedua negara meredam eskalasi .
- Greece & Inggris mengeluarkan imbauan pada armada kapal untuk menghindari kawasan rawan seperti Selat Hormuz dan Teluk Aden, mengingat potensi gangguan dan pengetatan kawasan perdagangan global.
- PBB menggelar sesi darurat, dengan Prancis, China, dan Rusia menyerukan desakan penurunan suhu dan mencegah perang regional .
Pandangan Ahli dan Potensi Eskalasi
Analis militer menilai aksi ini adalah “pre-emptive decapitation”—upaya memotong kepemimpinan Iran sebelum potensi nuklir berkembang lebih jauh—namun risikonya besar . Iran merespons keras, memberi peringatan akan “balasan yang menghancurkan” dan mempertimbangkan kemungkinan meningkatkan pengayaan uranium atau bahkan menarik diri dari perjanjian nuklir global .