Jakarta – Bangun di tengah malam untuk buang air kecil mungkin terdengar sepele. Namun jika hal ini terjadi terus-menerus, bisa jadi itu adalah sinyal dari kondisi medis tertentu yang patut diwaspadai. Kondisi ini dikenal sebagai nocturia, yaitu kebiasaan buang air kecil setelah seseorang tertidur di malam hari.
Data dari National Institutes of Health (NIH) mencatat bahwa lebih dari 50 juta orang di Amerika Serikat mengalami nocturia. Bahkan, sekitar 50% orang dewasa di atas usia 65 tahun rutin bangun minimal sekali setiap malam untuk ke kamar mandi.
Menurut Dr. Justin Dubin, seorang ahli urologi dari Memorial Healthcare System di AS, nocturia sesekali masih tergolong normal—misalnya hanya satu kali semalam. Namun, jika seseorang rutin terbangun dua kali atau lebih setiap malam, itu bisa menjadi tanda gangguan yang tidak boleh diabaikan.
Apa Penyebab Nocturia?
Nocturia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
- Kebiasaan minum sebelum tidur, terutama konsumsi alkohol atau minuman berkafein yang bersifat diuretik.
- Gangguan tidur atau kondisi medis seperti sleep apnea.
- Masalah kandung kemih, misalnya kapasitas kandung kemih yang kecil atau overactive bladder.
- Ketidakseimbangan hormon, seperti penurunan hormon antidiuretik yang mengatur produksi urin malam hari.
- Penggunaan obat tertentu, seperti diuretik untuk pengobatan jantung atau lithium untuk gangguan kejiwaan.
Jika obat adalah penyebabnya, dokter mungkin akan menyarankan pengaturan ulang waktu konsumsi—misalnya diminum di pagi hari agar efeknya tidak mengganggu waktu tidur malam.
Kapan Perlu Waspada dan Periksa ke Dokter?
Meski nocturia tidak selalu menjadi tanda bahaya besar, gangguan tidur yang berkepanjangan bisa berdampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental. Terlalu sering bangun malam dapat menyebabkan kelelahan, gangguan konsentrasi, bahkan meningkatkan risiko kecelakaan saat beraktivitas di siang hari.
Dr. Dubin menyarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter bila merasa kualitas tidur menurun atau mengalami gejala lain seperti nyeri saat buang air kecil, rasa tidak tuntas, atau peningkatan frekuensi kencing di siang hari.
Kondisi medis seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan prostat juga bisa berkontribusi terhadap nocturia. Karena itu, mengelola kondisi utama sangat penting dalam penanganannya.
Cara Mengatasi Nocturia
Penanganan nocturia biasanya bersifat multifaktor, mencakup:
- Perubahan gaya hidup, seperti membatasi minum menjelang tidur dan menghindari konsumsi alkohol atau kafein.
- Terapi perilaku, termasuk latihan kandung kemih.
- Pemberian obat, jika dibutuhkan sesuai penyebab medisnya.
Pada akhirnya, Dubin menekankan pentingnya kesadaran untuk segera mencari bantuan medis. “Kami hanya bisa membantu jika pasien datang untuk diperiksa,” ujarnya.