Jakarta – Penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) atau mobil murah ramah lingkungan kembali merosot tajam hingga September 2025, menandakan tekanan terhadap daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah masih berlanjut.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan LCGC secara wholesales (distribusi dari pabrikan ke dealer) hanya mencapai 7.795 unit pada September 2025. Angka ini turun 5,7 persen dibandingkan Agustus 2025 yang mencatatkan 8.270 unit.
Penurunan tersebut memperpanjang tren negatif selama dua bulan berturut-turut. Sebelumnya, pada Juli 2025, penjualan sempat berada di angka 8.923 unit, kemudian turun 7,3 persen di bulan berikutnya.
Secara kumulatif, total penjualan LCGC selama Januari–September 2025 tercatat 89.051 unit, anjlok 33,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 134.818 unit.
Toyota Calya Masih Pimpin Pasar LCGC
Meski pasar sedang lesu, Toyota Calya berhasil mempertahankan posisi sebagai LCGC terlaris pada September 2025 dengan distribusi sebanyak 2.523 unit, naik 10,4 persen dari bulan sebelumnya (2.285 unit).
Di posisi kedua, Honda Brio Satya membukukan penjualan 2.255 unit, turun sekitar 15 persen dibandingkan Agustus yang mencapai 1.917 unit.
Sementara Daihatsu Sigra, yang sempat menjadi pemimpin pasar pada bulan sebelumnya, harus turun ke posisi ketiga dengan 1.738 unit, anjlok 26,9 persen dibandingkan bulan Agustus (2.377 unit).
Dua model lainnya, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla, mencatatkan peningkatan tipis. Toyota Agya terdistribusi 818 unit, naik 80 persen dari bulan sebelumnya (455 unit), sedangkan Daihatsu Ayla mencatatkan 799 unit.
Daftar LCGC Terlaris September 2025
- Toyota Calya – 2.523 unit
- Honda Brio Satya – 2.255 unit
- Daihatsu Sigra – 1.738 unit
- Toyota Agya – 818 unit
- Daihatsu Ayla – 799 unit
Daya Beli dan Tekanan Pasar Masih Jadi Tantangan
Penurunan penjualan LCGC menunjukkan bahwa daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah belum sepenuhnya pulih.
Sejumlah faktor turut memengaruhi, termasuk harga bahan bakar yang tinggi, kenaikan suku bunga kredit kendaraan, serta kebijakan pemerintah yang tengah mengarah pada penggunaan energi lebih bersih, seperti rencana penerapan bahan bakar bercampur etanol (E10) yang berpotensi menggeser minat pada mobil berbahan bakar bensin konvensional.
Gaikindo sendiri mengaku belum akan merevisi target penjualan mobil nasional tahun 2025, meski pasar terus menunjukkan tren pelemahan. Industri otomotif kini berharap pada kuartal keempat sebagai momentum perbaikan penjualan menjelang akhir tahun.