Pasar saham Asia mengalami penurunan pada Senin pagi setelah Presiden AS, Donald Trump, secara resmi memberlakukan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan China. Langkah ini memicu kekhawatiran investor terhadap potensi ketidakstabilan ekonomi global yang dapat berdampak pada pendapatan perusahaan besar dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kanada dan Meksiko telah mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan tarif balasan terhadap AS. Sementara itu, China menyatakan akan mengambil “tindakan balasan yang sesuai” dan berencana menantang kebijakan Trump melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Dalam pembelaannya, Trump berargumen bahwa tarif tersebut diperlukan untuk menghentikan masuknya obat-obatan terlarang dan mengendalikan imigrasi ke AS. Tarif ini menargetkan tiga mitra dagang utama AS, dan Trump telah mengisyaratkan bahwa kebijakan serupa bisa diberlakukan terhadap negara lain, termasuk Uni Eropa.
Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Bank, memperingatkan bahwa meskipun kebijakan tarif dapat memberikan keuntungan bagi ekonomi AS dalam jangka pendek, dalam jangka panjang hal ini berisiko melemahkan posisi dolar di pasar global.
“Penggunaan tarif yang berulang akan mendorong negara-negara lain untuk mengurangi ketergantungan pada AS, yang pada akhirnya dapat melemahkan peran dolar dalam ekonomi global,” jelasnya.
Trump dijadwalkan berbicara dengan para pemimpin Kanada dan Meksiko pada hari Senin sebelum tarif resmi mulai berlaku pada Selasa tengah malam. Di bawah kebijakan ini, Kanada dan Meksiko menghadapi tarif sebesar 25% untuk ekspor mereka ke AS, sementara barang-barang dari China akan dikenakan pajak tambahan sebesar 10%.
Dampak kebijakan ini langsung terlihat di pasar saham. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,7%, Nikkei 225 Jepang turun 2,8%, Kospi Korea Selatan anjlok 3%, dan ASX 200 Australia mengalami penurunan 1,9%. Pasar saham di China tetap tutup karena libur Tahun Baru Imlek.
Di sisi lain, nilai tukar dolar AS menguat ke rekor tertinggi terhadap yuan China, sementara dolar Kanada anjlok ke level terendah sejak tahun 2003.
Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade, menyoroti bahwa eskalasi ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia menyebabkan investor menghindari risiko di pasar keuangan.
“Ketidakpastian mengenai daftar negara yang akan menjadi target tarif Trump berikutnya juga menjadi perhatian utama investor,” tambahnya.
Dengan ketegangan perdagangan yang terus meningkat, para pelaku pasar global akan mencermati perkembangan kebijakan perdagangan AS dan respons dari negara-negara yang terdampak.