Jakarta – Siapa sangka, limbah kelapa yang dulu sering dianggap tak bernilai kini bisa menjadi sumber penghasilan besar. Bisnis arang kelapa terbukti mampu menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan jika dikelola dengan strategi yang tepat.
Salah satu contoh nyata datang dari Pairin, seorang pengusaha arang kelapa yang berhasil membukukan omzet antara Rp100 juta hingga Rp120 juta setiap bulannya. Kepada tim d’Mentor, Pairin berbagi pengalaman sekaligus tips yang bisa ditiru bagi siapa saja yang ingin menekuni bisnis ini.
1. Singkirkan Gengsi, Fokus pada Profit
Menurut Pairin, kunci pertama dalam memulai usaha adalah menyingkirkan rasa gengsi. Ia mengakui bisnis arang sering dianggap “kotor” sehingga banyak orang ragu menekuninya. Namun, bagi Pairin, hal terpenting adalah hasil akhir: profit.
“Orang lihat arang itu kotor, jadi segan. Padahal yang kita kejar kan keuntungan. Itu yang utama,” jelasnya.
2. Utamakan Kualitas, Baru Kuantitas
Dalam menjalankan bisnis, kualitas menjadi hal yang tak bisa ditawar. Pairin menekankan pentingnya menjaga mutu arang agar konsumen puas dan terus kembali membeli.
“Kualitas dulu yang utama. Kalau konsumen sudah puas, barulah kita bisa meningkatkan jumlah produksi,” tambahnya.
Dengan konsistensi menjaga kualitas, Pairin berhasil membangun kepercayaan pasar dan memperluas jangkauan konsumennya.
3. Keuletan dan Relasi Baik dengan Konsumen
Awal merintis, Pairin bahkan mendatangi langsung pengusaha sate dan ayam bakar untuk menawarkan produk arangnya. Dari sana, ia belajar pentingnya membangun hubungan baik dengan konsumen.
Menurut Pairin, ada tiga hal yang harus diperhatikan agar dilirik pasar:
- Produk berkualitas
- Harga yang kompetitif
- Jaminan kontinuitas pasokan
Kombinasi ini membuat konsumen merasa aman dan nyaman dalam menjalin kerja sama jangka panjang.
4. Pandai Membaca Peluang
Bisnis arang kelapa tak melulu soal bahan bakar. Pairin mampu melihat peluang dari bagian lain arang yang biasanya terbuang percuma. Misalnya, limbah arang yang ternyata bisa diolah menjadi media tanam.
Saat tren tanaman hias melonjak di masa pandemi, ia segera memanfaatkannya. Limbah arang yang semula dibuang kini menjadi produk bernilai jual tinggi.
“Awalnya limbah arang cuma terbuang. Tapi begitu tren tanaman pot naik, banyak yang cari media tanam. Saya coba pasarkan, ternyata respon konsumen sangat positif,” kenangnya.
5. Buah dari Kerja Keras
Hasil kerja keras dan ketekunan Pairin tak hanya berdampak pada bisnisnya, tetapi juga kehidupan keluarga. Dari usaha arang kelapa, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi dan memperbaiki taraf ekonomi keluarganya.