Beranda LIFESTYLE Apa Itu Parenting VOC? Gaya Asuh Kuno yang Masih Sering Digunakan
LIFESTYLE

Apa Itu Parenting VOC? Gaya Asuh Kuno yang Masih Sering Digunakan

Apa Itu Parenting VOC? Gaya Asuh Kuno yang Masih Sering Digunakan.
Apa Itu Parenting VOC? Gaya Asuh Kuno yang Masih Sering Digunakan.
Bagikan

Jakarta – Di tengah perkembangan pola pengasuhan modern yang menekankan empati dan komunikasi terbuka, ternyata masih banyak orangtua yang tanpa sadar menerapkan pendekatan otoriter. Salah satunya dikenal dengan istilah parenting VOC, gaya asuh yang meski dianggap usang, masih diterapkan secara luas di berbagai keluarga.

Makna di Balik Istilah Parenting VOC

Istilah “VOC” dalam konteks pengasuhan ini memiliki dua interpretasi. Pertama, merujuk pada Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yaitu kongsi dagang kolonial Belanda yang identik dengan kekuasaan absolut dan sistem hierarki yang kaku. Dalam dunia parenting, gaya ini diasosiasikan dengan pendekatan otoriter dan militeristik, di mana anak dituntut untuk selalu patuh tanpa ruang berdiskusi.

Sementara itu, pengertian kedua dari VOC adalah Voice of Customer, yang justru mencerminkan pendekatan sebaliknya: mendengarkan suara dan kebutuhan anak sebagai bagian dari proses pengasuhan yang lebih responsif dan penuh empati.

Kenapa Parenting VOC Masih Banyak Diterapkan?

Banyak orangtua masih menggunakan gaya asuh ini karena mereka sendiri dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Tanpa disadari, pola pengasuhan kaku tersebut diteruskan dari generasi ke generasi.

Namun, pendekatan otoriter semacam ini tidak lagi relevan dengan kebutuhan anak zaman sekarang yang tumbuh dalam dunia yang menuntut kecerdasan emosional dan komunikasi dua arah. Anak-anak tidak hanya butuh disiplin, tetapi juga perlu didengarkan dan diberi ruang untuk mengekspresikan diri.

Dampak Negatif pada Anak

Pola asuh VOC bisa meninggalkan dampak serius bagi kondisi emosional anak. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh tekanan dan minim dialog cenderung merasa cemas, takut berbicara, serta sulit membangun hubungan sosial yang sehat.

Mereka akan cenderung rendah diri karena kurang mendapat kasih sayang dan jarang diajak berdiskusi. Bahkan, dampaknya bisa terasa hingga mereka dewasa.

Saatnya Beralih ke Pola Asuh Responsif

Seiring perubahan zaman, sudah waktunya orangtua mulai meninggalkan gaya asuh otoriter dan beralih ke pendekatan yang lebih demokratis. Pola asuh berbasis Voice of Customer, di mana suara dan perasaan anak dihargai, menjadi pilihan yang lebih sesuai untuk membentuk generasi yang percaya diri, mandiri, dan sehat secara mental.

Bagikan
Berita Terkait

Uji Coba Wisata Malam Ragunan Diserbu 2.900 Pengunjung

Jakarta – Uji coba perdana Wisata Malam Ragunan di Taman Margasatwa Ragunan,...

Bali Dinobatkan Sebagai Pulau Terbaik di Asia 2025, Kalahkan Maldives dan Phuket

Jakarta – Pulau Bali kembali mengukuhkan posisinya sebagai destinasi wisata kelas dunia....

Kini Warga Indonesia Lebih Mudah Bekerja di China, Ini Persyaratannya

Jakarta – Pemerintah China kini mempermudah akses bagi warga negara Indonesia (WNI)...

Japanese Walking, Teknik Jalan Kaki ala Jepang yang Jadi Tren Viral di TikTok

Jakarta – Metode olahraga Japanese walking atau jalan kaki ala Jepang sedang...